Kepemimpinan adalah keunggulan seseorang atau beberapa individu
dalam kelompok, dalam proses mengontrol gejala-gejala sosial
Brown (1936) berpendapat bahwa pemimpin tidak dapat
dipisahkan dari kelompok, akan tetapi boleh dipandang sebagai suatu posisi
dengan potensi tinggi di lapangan. Dalam hal sama, Krech dan Crutchfield
memandang bahwa dengan kebaikan dari posisinya yang khusus dalam kelompok ia
berperan sebagai agen primer untuk penentuan struktur kelompok, suasana
kelompok, tujuan kelompok, ideologi kelompok, dan aktivitas kelompok.
Kepemimpinan sebagai suatu kemampuan meng-handel orang lain
untuk memperoleh hasil yang maksimal dengan friksi sesedikit mungkin dan kerja
sama yang besar, kepemimpinan merupakan kekuatan semangat/moral yang kreatif
dan terarah.
Pemimpin adalah individu yang memiliki program/rencana dan
bersama anggota kelompok bergerak untuk mencapai tujuan dengan cara yang pasti.
Muncul dua pertanyaan yang menjadi perdebatan mengenai
pemimpin,
Apakah seorang pemimpin dilahirkan atau ditempat?
Apakah efektivitas kepemimpinan seseorang dapat dialihkan
dari satu organisasi ke organisasi yang lain oleh seorang pemimpin yang sama?
Untuk menjawab pertanyaan pertama tersebut kita lihat
beberapa pendapat berikut :
Pihak yang berpendapat bahwa “pemimpin itu dilahirkan”
melihat bahwa seseorang hanya akan menjadi pemimpin yang efektif karena dia
dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinannya.
Kubu yang menyatakan bahwa “pemimpin dibentuk dan ditempa”
berpendapat bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang dapat dibentuk dan
ditempa. Caranya adalah dengan memberikan kesempatan luas kepada yang
bersangkutan untuk menumbuhkan dan mengembangkan efektivitas kepemimpinannya
melalui berbagai kegiatan pendidikan dan latihan kepemimpinan.
Sondang (1994) menyimpulkan bahwa seseorang hanya akan
menjadi seorang pemimpin yang efektif apabila :
seseorang secara genetika telah memiliki bakat-bakat
kepemimpinan
bakat-bakat tersebut dipupuk dan dikembangkan melalui
kesempatan untuk menduduki jabatan kepemimpinannya
ditopang oleh pengetahuan teoritikal yang diperoleh melalui
pendidikan dan latihan, baik yang bersifat umum maupun yang menyangkut teori
kepemimpinan.
Untuk menjawab pertannyaan kedua dapat dirumuskan dua
kategori yang sudah barang tentu harus dikaji lebih jauh lagi:
Keberhasilan seseorang memimpin satu organisasi dengan
sendirinya dapat dilaihkan kepada kepemimpinan oleh orang yang sama di
organisasi lain.
Keberhasilan seseorang memimpin satu organisasi tidak
merupakan jaminan keberhasilannya memimpin organisasi lain.
Tipe-tipe Kepemimpinan :
Tipe Otokratik
Semua ilmuan yang berusaha memahami segi kepemimpinan
otokratik mengatakan bahwa pemimpin yang tergolong otokratik dipandang sebagai
karakteritik yang negatif.
Dilihat dari persepsinya seorang pemimpin yang otokratik
adalah seseorang yang sangat egois. Seorang pemimpin yang otoriter akan
menujukan sikap yang menonjolkan “keakuannya”, antara lain dalam bentuk :
kecenderungan memperlakukan para bawahannya sama dengan
alat-alat lain dalam organisasi, seperti mesin, dan dengan demikian kurang
menghargai harkat dan martabat mereka
pengutmaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian
tugas tanpa mengkaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan
para bawahannya.
Pengabaian peranan para bawahan dalam proses pengambilan
keputusan.
Gaya kepemimpinan yang dipergunakan pemimpin yang otokratik
antara lain:
menuntut ketaatan penuh dari para bawahannya
dalam menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya
bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksi
menggunakan pendekatan punitif dalamhal terhadinya
penyimpangan oleh bawahan.
Teori Kepemimpinan
Kepemimpinan berasal dari kata pimpin yang memuat dua hal
pokok yaitu:
pemimpin sebagai subjek, dan.yang dipimpin sebagai objek.
Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina atau
mengatur, menuntun dan juga menunjukkan ataupun mempengaruhi. Pemimpin
mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap
keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu
tidak mudah dan tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan di dalam menjalankan
ke-pemimpinannya.
Mitos-mitos Pemimpin
Mitos pemimpin adalah pandangan-pandangan atau
keyakinan-keyakinan masyarakat yang dilekatkan kepada gambaran seorang
pemimpin. Mitos ini disadari atau tidak mempengaruhi pengembangan pemimpin
dalam organisasi.
Ada 3 (tiga) mitos yang berkembang di masyarakat, yaitu
mitos the Birthright, the For All – Seasons , dan the Intensity. Mitos the
Birthright berpandangan bahwa pemimpin itu dilahirkan bukan dihasilkan
(dididik). Mitos ini berbahaya bagi perkembangan regenerasi pemimpin karena
yang dipandang pantas menjadi pemimpin adalah orang yang memang dari sananya
dilahirkan sebagai pemimpin, sehingga yang bukan dilahirkan sebagai pemimpin
tidak memiliki kesempatan menjadi pemimpin
Mitos the For All – Seasons berpandangan bahwa sekali orang
itu menjadi pemimpin selamanya dia akan menjadi pemimpin yang berhasil. Pada
kenyataannya keberhasilan seorang pemimpin pada satu situasi dan kondisi
tertentu belum tentu sama dengan situasi dan kondisi lainnya. Mitos the
Intensity berpandangan bahwa seorang pemimpin harus bisa bersikap tegas dan
galak karena pekerja itu pada dasarnya baru akan bekerja jika didorong dengan
cara yang keras. Pada kenyataannya kekerasan mempengaruhi peningkatan
produktivitas kerja hanya pada awal-awalnya saja, produktivitas seterusnya
tidak bisa dijamin. Kekerasan pada kenyataannya justru dapat menumbuhkan
keterpaksaan yang akan dapat menurunkan produktivitas kerja.
Atribut-atribut Pemimpin
Secara umum atribut personal atau karakter yang harus ada
atau melekat pada diri seorang pemimpin adalah:
mumpuni, artinya memiliki kapasitas dan kapabilitas yang
lebih balk daripada orang-orang yang dipimpinnya,juara, artinya memiliki
prestasi balk akademik maupun non akademik yang lebih balk dibanding
orang-orang yang dipimpinnya,tangungjawab, artinya memiliki kemampuan dan
kemauan bertanggungjawab yang lebih tinggi dibanding orang-orang yang
dipimpinnya,aktif, artinya memiliki kemampuan dan kemauan berpartisipasi sosial
dan melakukan sosialisasi secara aktif lebih balk dibanding oramg-orang yang
dipimpinnya, dan walaupun tidak harus, sebaiknya memiliki status sosial ekonomi
yang lebih tinggi disbanding orang-orang yang dipimpinnya.
Meskipun demikian, variasi atribut-atribut personal tersebut
bisa berbeda-beda antara situasi organisasi satu dengan organisasi lainnya.
Organisasi dengan situasi dan karakter tertentu menuntut pemimpin yang memiliki
variasi atribut tertentu pula.
TEORI KEPEMIMPINAN KLASIK DAN TEORI KONTINGENSI
Kepemimpinan Menurut Teori Sifat (Trait Theory)
Studi-studi mengenai sifat-sifat/ciri-ciri mula-mula mencoba
untuk mengidentifikasi karakteristik-karakteristik fisik, ciri kepribadian, dan
kemampuan orang yang dipercaya sebagai pemimpin alami. Ratusan studi tentang
sifat/ciri telah dilakukan, namun sifat-sifat/ciri-ciri tersebut tidak memiliki
hubungan yang kuat dan konsisten dengan keberhasilan kepemimpinan seseorang.
Penelitian mengenai sifat/ciri tidak memperhatikan pertanyaan tentang bagaimana
sifat/ciri itu berinteraksi sebagai suatu integrator dari kepribadian dan
perilaku atau bagaimana situasi menentukan relevansi dari berbagai sifat/ciri
dan kemampuan bagi keberhasilan seorang pemimpin.
Berbagai pendapat tentang sifat-sifat/ciri-ciri ideal bagi
seorang pemimpin telah dibahas dalam kegiatan belajar ini termasuk tinjauan
terhadap beberapa sifat/ciri yang ideal tersebut.
Kepemimpinan Menurut Teori Perilaku (Behavioral Theory)
Selama tiga dekade, dimulai pada permulaan tahun 1950-an,
penelitian mengenai perilaku pemimpin telah didominasi oleh suatu fokus pada
sejumlah kecil aspek dari perilaku. Kebanyakan studi mengenai perilaku
kepemimpinan selama periode tersebut menggunakan kuesioner untuk mengukur
perilaku yang berorientasi pada tugas dan yang berorientasi pada hubungan.
Beberapa studi telah dilakukan untuk melihat bagaimana perilaku tersebut
dihubungkan dengan kriteria tentang efektivitas kepemimpinan seperti kepuasan
dan kinerja bawahan. Peneliti-peneliti lainnya menggunakan eksperimen
laboratorium atau lapangan untuk menyelidiki bagaimana perilaku pemimpin
mempengaruhi kepuasan dan kinerja bawahan. Jika kita cermati, satu-satunya
penemuan yang konsisten dan agak kuat dari teori perilaku ini adalah bahwa para
pemimpin yang penuh perhatian mempunyai lebih banyak bawahan yang puas.
Hasil studi kepemimpinan Ohio State University menunjukkan
bahwa perilaku pemimpin pada dasarnya mengarah pada dua kategori yaitu
consideration dan initiating structure. Hasil penelitian dari Michigan
University menunjukkan bahwa perilaku pemimpin memiliki kecenderungan
berorientasi kepada bawahan dan berorientasi pada produksi/hasil. Sementara
itu, model leadership continuum dan Likert’s Management Sistem menunjukkan
bagaimana perilaku pemimpin terhadap bawahan dalam pembuatan keputusan. Pada
sisi lain, managerial grid, yang sebenarnya menggambarkan secara grafik
kriteria yang digunakan oleh Ohio State University dan orientasi yang digunakan
oleh Michigan University. Menurut teori ini, perilaku pemimpin pada dasarnya
terdiri dari perilaku yang pusat perhatiannya kepada manusia dan perilaku yang
pusat perhatiannya pada produksi.
Teori Kontingensi (Contigensy Theory)
Teori-teori kontingensi berasumsi bahwa berbagai pola
perilaku pemimpin (atau ciri) dibutuhkan dalam berbagai situasi bagi
efektivitas kepemimpinan. Teori Path-Goal tentang kepemimpinan meneliti
bagaimana empat aspek perilaku pemimpin mempengaruhi kepuasan serta motivasi
pengikut. Pada umumnya pemimpin memotivasi para pengikut dengan mempengaruhi
persepsi mereka tentang konsekuensi yang mungkin dari berbagai upaya. Bila para
pengikut percaya bahwa hasil-hasil dapat diperoleh dengan usaha yang serius dan
bahwa usaha yang demikian akan berhasil, maka kemungkinan akan melakukan usaha
tersebut. Aspek-aspek situasi seperti sifat tugas, lingkungan kerja dan
karakteristik pengikut menentukan tingkat keberhasilan dari jenis perilaku
kepemimpinan untuk memperbaiki kepuasan dan usaha para pengikut.
LPC Contingency Model dari Fiedler berhubungan dengan
pengaruh yang melunakkan dari tiga variabel situasional pada hubungan antara
suatu ciri pemimpin (LPC) dan kinerja pengikut. Menurut model ini, para
pemimpin yang berskor LPC tinggi adalah lebih efektif untuk situasi-situasi
yang secara moderat menguntungkan, sedangkan para pemimpin dengan skor LPC
rendah akan lebih menguntungkan baik pada situasi yang menguntungkan maupun
tidak menguntungkan. Leader Member Exchange Theory menjelaskan bagaimana para
pemimpin mengembangkan hubungan pertukaran dalam situasi yang berbeda dengan
berbagai pengikut. Hersey and Blanchard Situasional Theory lebih memusatkan
perhatiannya pada para pengikut. Teori ini menekankan pada perilaku pemimpin
dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya dan hubungan pemimpin pengikut.
Leader Participation Model menggambarkan bagaimana perilaku
pemimpin dalam proses pengambilan keputusan dikaitkan dengan variabel situasi.
Model ini menganalisis berbagai jenis situasi yang mungkin dihadapi seorang
pemimpin dalam menjalankan tugas kepemimpinannya. Penekanannya pada perilaku
kepemimpinan seseorang yang bersifat fleksibel sesuai dengan keadaan yang
dihadapinya.
TEORI KEPEMIMPINAN KONTEMPORER
Teori Atribut Kepemimpinan
Teori atribusi kepemimpinan mengemukakan bahwa kepemimpinan
semata-mata merupakan suatu atribusi yang dibuat orang atau seorang pemimpin
mengenai individu-individu lain yang menjadi bawahannya.
Beberapa teori atribusi yang hingga saat ini masih diakui
oleh banyak orang yaitu:
Teori Penyimpulan Terkait (Correspondensi Inference), yakni
perilaku orang lain merupakan sumber informasi yang kaya.
Teori sumber perhatian dalam kesadaran (Conscious
Attentional Resources) bahwa proses persepsi terjadi dalam kognisi orang yang
melakukan persepsi (pengamatan).
Teori atribusi internal dan eksternal dikemukakan oleh Kelly
& Micella, 1980 yaitu teori yang berfokus pada akal sehat.
Kepemimpinan Kharismatik
Karisma merupakan sebuah atribusi yang berasal dari proses
interaktif antara pemimpin dan para pengikut. Atribut-atribut karisma antara
lain rasa percaya diri, keyakinan yang kuat, sikap tenang, kemampuan berbicara
dan yang lebih penting adalah bahwa atribut-atribut dan visi pemimpin tersebut
relevan dengan kebutuhan para pengikut.
Berbagai teori tentang kepemimpinan karismatik telah dibahas
dalam kegiatan belajar ini. Teori kepemimpinan karismatik dari House menekankan
kepada identifikasi pribadi, pembangkitan motivasi oleh pemimpin dan pengaruh
pemimpin terhadap tujuan- tujuan dan rasa percaya diri para pengikut. Teori
atribusi tentang karisma lebih menekankan kepada identifikasi pribadi sebagai
proses utama mempengaruhi dan internalisasi sebagai proses sekunder. Teori
konsep diri sendiri menekankan internalisasi nilai, identifikasi sosial dan
pengaruh pimpinan terhadap kemampuan diri dengan hanya memberi peran yang
sedikit terhadap identifikasi pribadi. Sementara itu, teori penularan sosial
menjelaskan bahwa perilaku para pengikut dipengaruhi oleh pemimpin tersebut
mungkin melalui identifikasi pribadi dan para pengikut lainnya dipengaruhi
melalui proses penularan sosial. Pada sisi lain, penjelasan psikoanalitis
tentang karisma memberikan kejelasan kepada kita bahwa pengaruh dari pemimpin
berasal dari identifikasi pribadi dengan pemimpin tersebut.
Karisma merupakan sebuah fenomena. Ada beberapa pendekatan
yang dapat digunakan oleh seorang pemimpin karismatik untuk merutinisasi
karisma walaupun sukar untuk dilaksanakan. Kepemimpinan karismatik memiliki
dampak positif maupun negatif terhadap para pengikut dan organisasi.
Kepemimpinan Trnasformasional
Pemimpin pentransformasi (transforming leaders) mencoba
menimbulkan kesadaran para pengikut dengan mengarahkannya kepada cita-cita dan
nilai-nilai moral yang lebih tinggi.
Burns dan Bass telah menjelaskan kepemimpinan
transformasional dalam organisasi dan membedakan kepemimpinan transformasional,
karismatik dan transaksional. Pemimpin transformasional membuat para pengikut
menjadi lebih peka terhadap nilai dan pentingnya pekerjaan, mengaktifkan
kebutuhan-kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi dan menyebabkan para
pengikut lebih mementingkan organisasi. Hasilnya adalah para pengikut merasa
adanya kepercayaan dan rasa hormat terhadap pemimpin tersebut, serta
termotivasi untuk melakukan sesuatu melebihi dari yang diharapkan darinya.
Efek-efek transformasional dicapai dengan menggunakan karisma, kepemimpinan
inspirasional, perhatian yang diindividualisasi serta stimulasi intelektual.
Hasil penelitian Bennis dan Nanus, Tichy dan Devanna telah
memberikan suatu kejelasan tentang cara pemimpin transformasional mengubah
budaya dan strategi-strategi sebuah organisasi. Pada umumnya, para pemimpin
transformasional memformulasikan sebuah visi, mengembangkan sebuah komitmen
terhadapnya, melaksanakan strategi-strategi untuk mencapai visi tersebut, dan
menanamkan nilai-nilai baru.
TIPOLOGI KEPEMIMPINAN
Tipologi Kepemimpinan Berdasarkan Kondisi Sosio Psikologis
Kondisi sosio-psikologis adalah semua kondisi eksternal dan
internal yang ada pada saat pemunculan seorang pemimpin. Dari sisi kondisi
sosio-psikologis pemimpin dapat dikelompokkan menjadi pemimpin kelompok
(leaders of crowds), pemimpin siswa/mahasiswa (student leaders), pemimpin
publik (public leaders), dan pemimpin perempuan (women leaders). Masing-masing
tipe pemimpin tersebut masih bisa dibuat sub-tipenya. Sub-tipe pemimpin
kelompok adalah: crowd compeller, crowd exponent, dan crowd representative.
Sub-tipe pemimpin siswa/mahasiswa adalah: the explorer
president, the take charge president, the organization president, dan the
moderators. Sub-tipe pemimpin publik ada beberapa, yaitu:
Menurut Pluto: timocratic, plutocratic, dan tyrannical
Menurut Bell, dkk: formal leader, reputational leader,
social leader, dan influential leader
Menurut J.M. Burns, ada pemimpin legislatif yang :
ideologues, tribunes, careerist, dan parliementarians.
Menurut Kincheloe, Nabi atau Rasul juga termasuk pemimpin
publik, yang memiliki kemampuan yang sangat menonjol yang membedakannya dengan
pemimpin bukan Nabi atau Rasul, yaitu dalam hal membangkitkan keyakinan dan
rasa hormat pengikutnya untuk dengan sangat antusias mengikuti ajaran yang
dibawanya dan meneladani semua sikap dan perilakunya.
Tipe pemimpin yang lain adalah pemimpin perempuan, yang oleh
masyarakat dilekati 4 setereotip, yaitu sebagai: the earth mother, the
manipulator, the workaholic, dan the egalitarian.
Tipologi Kepemimpinan Berdasar Kepribadian
Tipologi kepemimpinan berdasar kepribadian dapat
dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu tipologi Myers – Briggs dan
tipologi berdasar skala CPI (California Personality Inventory). Myers – Briggs
mengelompokkan tipe-tipe kepribadian berdasar konsep psikoanalisa yang
dikembangkan oleh Jung, yaitu: extrovert – introvert, sensing – intuitive,
thinking – feeling, judging – perceiving. Tipe kepribadian ini kemudian dia
teliti pada manajer Amerika Serikat dan diperoleh tipe pemimpin berdasar
kepribadian sebagai berikut:
ISTJ: introvert – sensing – thinking – judging
ESTJ: extrovert – sensing – thinking – judging
ENTJ: extrovert – intuitive – thinking – judging
INTJ:introvert - intuitive – thinking – judging
Kemudian dengan menggunakan tipe kepribadian yang disusun
berdasar konsep psikoanalisa Jung, Delunas melakukan penelitian terhadap para
manajer dan ekesekutif negara bagian, dan mengelompokkan tipe pemimpin berdasar
kepribadian sebagai berikut:
Sensors – perceivers
Sensors – judgers
Intuitive – thinkers
Intuitive - feelers
Tipologi kepribadian yang lain adalah sebagaimana yang
disusun dengan menggunakan skala CPI (California Personality Invetory) yang
mengelompokkan tipe pemimpin menjadi: leader, innovator, saint, dan artist.
Tipologi Kepemimpinan Berdasar Gaya Kepemimpinan
Ada empat kelompok tipologi kepemimpinan yang disusun
berdasar gaya kepemimpinan, yaitu tipologi Blake – Mouton, tipologi Reddin,
tipologi Bradford – Cohen, dan tipologi Leavitt. Menurut Blake – Mouton tipe
pemimpin dapat dibagi ke dalam tipe:
Pemimpin yang Orientasi Hubungannya Ekstrim Rendah,
Orientasi Tugasnya Ekstrim Tinggi,
Pemimpin yang Orientasi Hubungannya Ekstrim Tinggi,
Orientasi Tugasnya Ekstrim Rendah,
Pemimpin yang Orientasi Hubungannya Ekstrim Rendah,
Orientasi Tugasnya Ekstrim Rendah,
Pemimpin yang Orientasi Hubungannya Moderat, Orientasi
Tugasnya Moderat, dan
Pemimpin yang Orientasi Hubungannya Ekstrim Tinggi,
Orientasi Tugasnya Ekstrim Tinggi
Kemudian Reddin melakukan pengembangan lanjut atas tipologi
ini, dan menemukan tipe pemimpin sebagai berikut: deserter, missionary,
compromiser, bureaucrat, benevolent autocrat, developer, dan executive.
Sementara Bradford dan Cohen membagi tipe pemimpin menjadi: technician,
conductor, dan developer. Tipologi kepemimpinan yang dikembangkan oleh Leavitt
membagi tipe pemimpin menjadi: pathfinders, problem solvers, dan implementers.
Tipologi Kepemimpinan Berdasar Peran Fungsi dan Perilaku
Tipologi pemimpin berdasar fungsi, peran, dan perilaku
pemimpin adalah tipologi pemimpn yang disusun dengan titik tolak interaksi
personal yang ada dalam kelompok . Tipe-tipe pemimpin dalam tipologi ini dapat
dikelompokkan dalam kelompok tipe berdasar fungsi, berdasar peran, dan berdasar
perilaku yang ditunjukkan oleh pemimpin. Berdasar perilakunya, tipe pemimpin
dikelompokkan dalam kelompok tipe pemimpin yang dikemukakan oleh: Cattell dan
Stice; S. Levine; Clarke; Komaki, Zlotnik dan Jensen. Berdasar fungsinya, tipe
pemimpin dapat dikelompokkan dalam kelompok tipe pemimpin yang dikemukakan
oleh: Bales dan Slater; Roby; Shutz; Cattell; Bowes dan Seashore. Berdasar
perannya, tipe pemimpin dapat dikelompokkan dalam kelompok tipe pemimpin yang
dikemukakan oleh : Benne dan Sheats; dan Mintzberg.
Tipe Paternalistik
Tipe pemimpin paternalistik hanya terdapat di lingkungan
masyarakat yang bersifat tradisional, umumnya dimasyarakat agraris. Salah satu
ciri utama masuarakat tradisional ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan
oleh para anggiota masyarakat kepada orang tua atau seseorang yang dituakan.
Pemimpin seperti ini kebapakan, sebagai tauladan atau
panutan masyarakat. Biasanya tiokoh-toko adat, para ulama dan guru. Pemimpin
ini sangat mengembangkan sikap kebersamaan.
Tipe Kharismatik
Tidak banyak hal yang dapat disimak dari literatur yang ada
tentang kriteria kepemimpinan yang kharismatik. Memang ada karakteristiknya
yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh
pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar. Tegasnya seorang pemimpin
yang kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun
para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa
orang tersebut dikagumi.
Tipe Laissez Faire
Pemimpin ini berpandangan bahwa umumnya organisasi akan
berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari
orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan
organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus
ditunaikan oleh masing-masing anggota dan pemimpin tidak terlalu sering
intervensi.
Karakteristik dan gaya kepemimpinan tipe ini adalah :
pendelegasian wewenang terjadi secara ekstensif
pengambilan keputusan diserahkan kepada para pejabat
pimpinan yang lebih rendah dan kepada petugas operasional, kecuali dalam
hal-hal tertentu yang nyata-nyata menuntut keterlibatannya langsung.
Status quo organisasional tidak terganggu
Penumbuhan dan pengembangan kemampuan berpikir dan bertindah
yang inovatif diserahkan kepada para anggota organisasi yang bersangkutan
sendiri.
Sepanjang dan selama para anggota organisasi menunjukkan
perilaku dan prestasi kerja yang memadai, intervensi pimpinan dalam organisasi
berada pada tingkat yang minimum.
Tipe Demokratik
Pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya
selaku koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi.
Menyadari bahwa mau tidak mau organisasi harus disusun
sedemikian rupa sehingga menggambarkan secara jelas aneka ragam tugas dan
kegiatan yang tidak bisa tidak harus dilakukan demi tercapainya tujuan.
Melihat kecenderungan adanya pembagian peranan sesuai dengan
tingkatnya.
Memperlakukan manusia dengan cara yang manusiawi dan
menjunjung harkat dan martabat manusia
Seorang pemimpin demokratik disegani bukannya ditakuti.
Ciri ciri pemimpin dan kepemimpinan yang ideal antara lain :
Pengetahuan umum yang luas, semakin tinggi kedudukan
seseorang dalam hirarki kepemimpinan organisasi, ia semakin dituntut untuk
mampu berpikir dan bertindak secara generalis.
Kemampuan Bertumbuh dan Berkembang
Sikap yang Inkuisitif atau rasa ingin tahu, merupakan suatu
sikap yang mencerminkan dua hal: pertama, tidak merasa puas dengan tingkat
pengetahuan yang dimiliki; kedua, kemauan dan keinginan untuk mencari dan
menemukan hal-hal baru.
Kemampuan Analitik, efektifitas kepemimpinan seseorang tidak
lagi pada kemampuannya melaksanakan kegiatan yang bersifat teknis operasional,
melainkan pada kemampuannya untuk berpikir. Cara dan kemampuan berpikir yang
diperlukan dalah yang integralistik, strategik dan berorientasi pada pemecahan
masalah.
Daya Ingat yang Kuat, pemimpin harus mempunyai kemampuan
inteletual yang berada di atas kemampuan rata-rata orang-orang yang
dipimpinnya, salah satu bentuk kemampuan intelektual adalah daya ingat yang
kuat.
Kapasitas Integratif, pemimpin harus menjadi seorang
integrator dan memiliki pandangan holistik mengenai orgainasi.
Keterampilan Berkomunikasi secara Efektif, fungsi komunikasi
dalam organisasi antara lain : fungsi motivasi, fungsi ekspresi emosi, fungsi
penyampaian informasi dan fungsi pengawasan.
Keterampilan Mendidik, memiliki kemampuan menggunakan
kesempatan untuk meningkatkan kemampuan bawahan, mengubah sikap dan perilakunya
dan meningkatkan dedikasinya kepada organisasi.
Rasionalitas, semakin tinggi kedudukan manajerial seseorang
semakin besar pula tuntutan kepadanya untuk membuktikan kemampuannya untuk
berpikir. Hasil pemikiran itu akan terasa dampaknya tidak hanya dalam
organisasi, akan tetapi juga dalam hubungan organisasi dengan pihak-pihak yang
berkepentingan di luar organisasi tersebut.
Objektivitas, pemimpin diharapkan dan bahkan dituntut
berperan sebagai bapak dan penasehat bagi para bawahannya. Salah satu kunci
keberhasilan seorang pemimpin dalam mengemudikan organisasi terletak pada
kemampuannya bertindak secara objektif.
Pragmatisme, dalam kehidupan organisasional, sikap yang
pragmatis biasanya terwujud dalam bentuk sebagai berikut : pertama, kemampuan
menentukan tujuan dan sasaran yang berada dalam jangkauan kemampuan untuk
mencapainya yang berarti menetapkan tujuan dan sasaran yang realistik tanpa
melupakan idealisme. Kedua, menerima kenyataan apabila dalam perjalanan hidup
tidak selalu meraih hasil yang diharapkan.
Kemampuan Menentukan Prioritas, biasanya yang menjadi titik
tolak strategik organisasional adalah “SWOT”.
Kemampuan Membedakan hal yang Urgen dan yang Penting
Naluri yang Tepat, kekampuannya untuk memilih waktu yang
tepat untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
Rasa Kohesi yang tinggi, :senasib sepenanggungan”, keterikan
satu sama lain.
Rasa Relevansi yang tinggi, pemimpin tersebut mampu berpikir
dan bertindak sehingga hal-hal yang dikerjakannya mempunyai relevansi tinggi
dan langsung dengan usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi.
Keteladanan,s seseorang yang dinilai pantas dijadikan
sebagai panutan dan teladan dalam sikap, tindak-tanduk dan perilaku.
Menjadi Pendengar yang Baik
Adaptabilitas, kepemimpinan selalu bersifat situasional,
kondisonal, temporal dan spatial.
Fleksibilitas, mampu melakukan perubahan dalam cara berpikir,
cara bertindak, sikap dan perilaku agar sesuai dengan tuntutan situasi dan
kondisi tertentu yang dihadapi tanpa mengorbankan prinsip-prinsip hidup yang
dianut oleh seseorang.
Ketegasan
Keberanian
Orientasi Masa Depan
Sikap yang Antisipatif dan Proaktif
Sumber :
http://armandjexo.blogspot.com/2012/04/kepemimpinan-dalam-organisasi-jelaskan.html
0 komentar:
Posting Komentar